PENGAWALPERSADA.COM-Telah sekitar seminggu ini langit di Malang Raya dan sekitarnya dihiasi bertambahnya deru dan raungan pesawat tempur TNI Angkatan Udara yang tengah mengudara guna mengasah profesionalisme penerbangnya mengawaki pesawat tempur.
Apabila pada hari-hari biasa hanya pesawat yang berhome base di Lanud Abdulrahman Saleh yang mengudara meliputi dua jenis pesawat angkut yaitu Cassa 212 dan C-130 Hercules serta satu jenis pesawat tempur Super Tucano. Maka pada minggu-minggu akhir di Bulan Juni 2019 ini terdapat dua jenis pesawat tempur yang datang di Lanud Abdulrachman Saleh meliputi Hawk 109/209 dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak serta Sukhoi SU 27 dan Sukhoi SU 30 dari Lanud Sultan Hasanuddin Makassar.
Crew dan Pesawat Hawk 109/209 telah datang lebih awal pada pertengahan Juni 2019 setelah cuti lebaran usai. Pesawat tempur yang berjulukan elang khatulistiwa tersebut datang ke Lanud Abdulrahman Saleh untuk mengasah para pilot pesawat tempurnya melaksanakan latihan penembakan bom dari pesawat udara ke darat (weapon delivery). Selama latihan pesawat berhome base di Lanud Abdulrahman Saleh dan sasaran tembaknya di Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang.
Sedangkan Pesawat tempur tercanggih TNI Angkatan Udara Sukhoi SU 27 dan Sukhoi SU 30 dari Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, datang pada Jumat (21/6) lalu di Lanud Abdulrachman Saleh. Crew dan Pesawat Sukhoi SU 27 dan Sukhoi SU 30 datang di Lanud Abdulrachman Saleh dalam rangka mendukung pelaksanaan latihan puncak TNI Angkatan Udara Angkasa Yudha pada Bulan Juli mendatang.
Deru dan raungan pesawat tempur di atas langit Malang Raya tentu mengundang masyarakat untuk bertanya-tanya ada apa gerangan kok banyak latihan pesawat tempur di Malang. Rohmat Basuki (43 tahun) warga Singosari merasa senang dengan adanya latihan pesawat tempur TNI Angkatan Udara baik Hawk maupun Sukhoi di Malang Raya. Menurutnya Lanud Abdulrachman Saleh merupakan pangkalan operasi TNI Angkatan Udara yang biasa digunakan untuk latihan militer baik pesawat tempur, pesawat angkut maupun PPRC TNI. Penerbangan pesawat tempur tersebut menunjukkan adanya latihan yang dilaksanakan secara kontinyu.
Keberadaan pesawat tempur dalam suatu negara seperti halnya personel provoost yang menjaga markas TNI yang ada di daratan. Sedangkan pesawat tempur adalah penjaga wilayah udara nasional dari berbagai penerbangan illegal yang melintas wilayah udara nasional yang dapat membahayakan eksistensi negara. Peristiwa pengusiran pesawat Hornet dari Angkatan Laut Amerika Serikat yang terbang di atas Pulau Bawean tahun 2003 yang lalu oleh pesawat F 16 dari TNI AU menunjukkan adanya keberadaan negara di udara yang penjagaan wilayah udara, kedaulatannya di laksanakan oleh pesawat-pesawat tempur andalan TNI Angkatan Udara. Demikian juga pelanggaran pesawat udara di atas wilayah udara Timor Timur pada saat jajag pendapat beberapa tahun lalu, penjagaan wilayah udaranya juga dijaga ketat oleh unsur pesawat tempur TNI Angkatan Udara.
Saat ini penjagaan wilayah udara nasional terus dilakukan oleh TNI Angkatan Udara yang dilaksanakan oleh berbagai pihak terkait yaitu Satuan Radar (Satrad), Kohanudnas, Skadron Udara tempur, Unsur Meriam TNI AD dan Unsur meriam KRI TNI AL. Sebagai ujung terdepan pelaksanaan tugas penjagaan wilayah udara dilaksanakan oleh Satrad dengan peralatan radarnya. Radar akan mendeteksi pergerakan pesawat di udara untuk memastikan bahwa yang lewat adalah pesawat yang legal/berizin ataupun pesawat yang tidak berizin. Apabila melalui layar tampilan radar diketahui pesawat yang melintas adalah pesawat illegal maka operator radar akan meneruskan laporan tersebut secara berjenjang ke samping dan ke atas secara cepat hingga akhirnya dikerahkan pesawat tempur untuk melaksanakan deteksi terhadap pesawat illegal yang tengah terbang di wilayah udara nasional.@